Selasa, 09 Agustus 2011

Bagian ke 3 dari 5 Benteng Keimanan


3.      Mengerjakan Ibadah Sunah
Benteng iman yang ketiga dapat didirikan dengan mengerjakan ibadah-ibadah sunat. Maknanya dengan mengerjakan ibadah-ibadah sunat, iman akan terkawal. Sebenarnya ibadah sunat mempunyai 2 fungsi yang penting , yaitu:
1)        Menyempurnakan amalan wajib.
2)        Meninggikan pangkat dan derajat di Syurga.
Shalat fardu yang selalu tidak khusuk disempurnakan dengan shalat shalat sunat. Puasa sunat untuk menyempurnakan puasa wajib yang tidak sempurna. Sedekah dan derma untuk menyempurnakan zakat yang tidak lengkap, dan seterusnya.
Mengikut kaedah Fiqh, bagi seseorang yang amalan wajibnya tidak sempurna, maka amalan sunatnya bukan lagi sunat tetapi jadi wajib aradhi (wajib mendatang).
Bagi orang-orang yang sudah sempurna amalan wajibnya, kalau ada amalan sunatnya akan menambahkan pangkat dan derajat di Syurga. Itulah fungsi kedua ibadah sunat. Dalam mengerjakan amalan sunat, Rasulullah SAW pernah memberi panduan dengan sabda baginda yang bermaksud: “Orang yang paling kuat ibadah adalah orang yang wara sekalipun sedikit amalan sunatnya.”
Artinya, seseorang yang wara (tidak melakukan maksiat) dianggap sebagai orang yang banyak ibadah walaupun ibadah sunatnya tidak banyak. Yang dapat kita pelajari dari hadits itu adalah ibadah sunat harus dikerjakan beriringan dengan perjuangan meninggalkan larangan Allah Swt, kalau tidak ibadah itu akan hilang dalam dosa yang kita perbuat. Hasilnya kita seperti tidak beramal sama sekali, sia-sia!!
Rasulullah SAW bersabda lagi yang maksudnya: “Orang yang zuhud dan wara itulah wali Allah yang sebenarnya”. Maksud baginda Nabi dengan hadits itu adalah tingginya derajat seseorang di hadapan Allah bukanlah karena banyaknya amalan lahirnya saja tetapi karena hati yang benar-benar takut pada Allah. Bukti bahwa hati itu takut pada Allah, yakni terpancarnya sifat zuhud dan wara.
Zuhud adalah takut berlebihan dengan harta dan nikmat Allah. Orang yang wara adalah orang yang takut pada Allah untuk melakukan dosa apapun. Dengan hati yang zuhud dan wara barulah amalan fardhu dan sunat seseorang akan bernilai di sisi Allah.
Sebab itu Imam Ghazali pernah berkata: “Tidak mengapa tidak tahajud di malam hari asalkan tidak berbuat maksiat di siangnya”.
(Bersambung..)
Disadur dari Buku Iman dan Persoalannya Karya Abuya Syeikh Imam Ashaari M At Tamimi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar